Is Cultural Imperialism a Thing of the Past ?
Abstract
Teori imperialisme budaya yang menjadi topik hangat perdebatan sosial di skala internasional di awal tahun 1970-an pernah dituduh sebagai paradigma yang bertanggungjawab terhadap serangkaian eksploitasi dan kehancuran budaya di dunia ketiga yang dilakukan oleh negaranegara maju. Sejalan waktu, teori imperialisme budaya dianggap sudah usang dan tidak lagi relevan, terutama berkat sukses berkembangnya industri film lokal serta pemerataan pendidikan lewat jalur beasiswa. Selanjutnya, untuk mencapai keseimbangan dan mengisi kekosongan teori yang ada menyangkut relasi budaya antara dunia pertama dengan dunia ketiga, sejumlah konsep tandingan diusulkan untuk menggantikannya, misalnya dengan konsep globalisasi, atau imperialisme media, yang dianggap tidak berat sebelah. Akan tetapi, dengan menggunakan analisis wacana, penulis akan menunjukkan bahwa ide imperialisme budaya masih tertanam dalam konsep globalisasi, dan terus hidup hingga sekarang, meskipun dalam bentukbentuk yang lebih canggih dan terpoles, sehingga tidak bisa dikatakan bahwa imperialisme budaya merupakan artefak masa lalu.
Kata-kata kunci: imperialisme budaya, globalisasi, imperialisme media.
Downloads
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Ultimacomm Jurnal Ilmu Komunikasi allows readers to read, download, copy, distribute, print, search, or link to its articles' full texts and allows readers to use them for any other lawful purpose. The journal allows the author(s) to hold the copyright without restrictions. Finally, the journal allows the author(s) to retain publishing rights without restrictions
1. Authors are allowed to archive their submitted article in an open access repository
2. Authors are allowed to archive the final published article in an open access repository with an acknowledgment of its initial publication in this journal